Rabu, 13 Mei 2015

BAHASA PERDAGANGAN ETNIS ARAB, MADURA,DAN CHINA ( Kajian Sosiolinguistik Bahasa dan Etnis pada Bahasa Perdagangan Tiga Etnis di Kawasan Surabaya Utara)

BAHASA PERDAGANGAN  ETNIS ARAB,  

                                      MADURA,DAN CHINA                                      
( Kajian Sosiolinguistik Bahasa dan Etnis pada Bahasa Perdagangan Tiga Etnis di Kawasan Surabaya Utara)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Pendahuluan
Kajian ilmu sosiolinguistik membahas interaksi bahasa antarinvidu dengan individu yang lain. Pembahasan sosiolinguistik salah satunya adalah hubungan bahasa dengan etnis, etnis berarti sebuah bangsa yang didefinisikan berdasarkan kesamaan sejarah, kesamaan tradisi, dan kesamaan bahasa (Thomas dan Wareing, 2007:136). Etnik mengacu  kepada kelompok yang keanggotaannya berdasarkan asal usul keturunan. Bahasa sering kali dipandang sebagai ciri khas suatu etnis, misalnya bahasa Madura dengan logat dan nada tingginya. Sumarsono (2013:67) menyatakan adapula pandangan yang menyatakan adanya suatu hubungan yang tetap dan pasti, antara ciri-ciri fisik suatu etnik dengan sesuatu bahasa atau variasi tertentu.
Penelitian ini akan membahas mengenai bahasa dan etnis, khususnya bahasa perdagangan yang digunakan oleh tiga etnis berbeda di kawasan Surabaya utara. Terdapat tiga etnis yang mendominasi perdagangan di kawasan Surabaya utara, antara lain etnis China, Madura, dan Arab. Lokasi peneleitian yang berdekatan dengan jembatan Suramadu ini, mengakibatkan banyaknya pendatang dari Madura yang mencari lahan pekerjaan di Surabaya, salah satunya yaitu dengan berdagang. Di kawasan Surabaya Utara ini juga terdapat makam Sunan Ampel yang letaknya berada dalam kampung Arab, sehingga perdagangan di kawasan tersebut di dominasi oleh etnis Arab. Selain dua etnis tersebut penelitian ini juga meneliti bahasa perdagangan etnis China, karena mayoritas komoditi perdagangan di Indonesia dikuasai oleh etnis ini, begitu juga pada kawasan Surabaya utara.
Banyak masyarakat beranggapan lebih ‘enak’ berbelanja pada orang china daripada orang madura. Anggapan ini bisa muncul pada konsumen karena kualitas barang dan juga pelayanan dari penjual tersebut. Pelayanan tersebut dapat dilihat dari cara berkomunikasi melalui bahasa pedagang tersebut, salah yaitu dengan bahasa persuasif. Bahasa persuasif merupakan ‘senjata’ yang paling mutakhir untuk memikat pembeli. Dari penjabaran dan juga opini masyarakat tersebut peneliti akan meneliti bahasa persuasif yang digunakan oleh pedagang dengan etnis China, Madura, dan Arab.


1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya tentang bahasa perdagangnan etnis China, Madura, dan Arab di Surabaya Utara, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1)      Apakah ciri khas bahasa perdagangan etnis China, Madura, dan Arab yang ada di kawasan Surabaya Utara?
2)      Bagaimana prinsip dagang etnis China, Madura, dan Arab, dilihat dari bahasa perdagangan (meliputi bahasa persuasi dan tawar menawar) ?
3)      Bagaimana aspek sosiokultural pada penggunaan bahasa pedagang etnis China,Madura, dan Arab?
1.3  Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka dapat diambil tujuan penelitian sebagai berikut:
1)      Untuk dapat mengetahui apa ciri khas bahasa perdagangan etnis China, Madura, dan Arab yang ada di kawasan Surabaya Utara
2)      Untuk dapat mengetahui bagaimana prinsip dagang etnis China, Madura, dan Arab, dilihat dari bahasa perdagangan yang digunakan oleh pedagang dari masing-masing etnis di kawasan Surabaya Utara.
3)      Untuk dapat mengetahui hubungan aspek sosokultural pada penggunaan bahasa pedagang etnis China, Madura dan Arab di Kawasan Surabaya Utara

1.4  Manfaat Penelitian
Manfaat Praktis
1)      Bagi pedagang dapat menggunakan bahasa persuasi sesuai dengan kondisi dan bahasa persuas yang paling ampuh dalam menarik pelanggan.
2)      Bagi pembeli dapat menempatkan diri ketika dia melakukan kegiatan transaksi jual beli dengan tiga etnis tertentu yang dibahas dalam penelitian ini.
Manfaat Teoritis
1)      Memberikan sumbungan ilmu pengetahuan pada bidang sosiolinguistik khususnya pada sub sosiolinguistik kajian bahasa dan etnis.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI


2.1 Tinjauan Pustaka
Penelitian tentang bahasa tuturan pedagang yang dilakukan oleh Saefullah (2010) dengan judul “Keragaman Sapaan dalam Tuturan Seputar Kegiatan Perdagangandi Pasar Banjaran, Kabupaten Bandung”. Penelitian ini membahas mengenai sistem sapaan yang digunakan di pasar tradisional di Kecamatan Banjaran, penelitian dikhususkan pada tuturan seputar kegiatan perdagangan, antara penjual-pembeli maupun antara pemilik toko dengan pegawainya dan respons yang diberikan oleh petutur, baik itu pembeli maupun karyawan toko. Pada penelitian tersebut peneliti mengambil sampel atau data di pasar yang didalamnya terdapat interaksi sosial baik antara penjual dan pembeli maupun orang-orang yang terlibat dilingkungan tersebut. Penggunaan sapaan di lingkup perdagangan sangatlah beragam. Keragaman bahasa yang mencerminkan keragaman masyarakat dapatterlihat pada salah satu segi bahasa yang dinamakan tutur sapa.
Pada penelitian Saefullah ini penggunaan keberagaman bahasa dalam suatu kegiatan perdagangan dapat dilihat pada bagaimana bentuk sapaan seseorang terhadap oranag lain. Kata sapaan yang paling sering digunakan dalam kegiatan perdagangan adalah penggunaan istilah kekerabatan seperti Ibu, Uni,Teteh, Emang, Euceu, Akang, Aa. Selain itu adapula kata sapaan yang tergolong pronomina, seperti Siah, kata sapaan nominal, seperti Neng, Ujang, dan ciri zero. Penggunaan kata sapaan dalam perdagangan yang ada di Pasar Banjaran Kabupaten Bandung lebih didominasi dengan bahasa Sunda, sedangkan untuk kata yang umum hanya ada ‘ibu’. Penggunaan sapaan dalam kegiatan perdagangan dapat ditentukan dari beberapa faktor yaitu jenis kelamin dan usia. Petutur merespons tuturan dan sapaan penutur tidak berdasarkan sapaan yang digunakan penutur untuk memanggil petutur, melainkan melihat pada jenis kelamin penutur dan perkiraan usianya.
            Penelitian berikutnya adalah penelitian yang dilakukan Utami (2004) dengan judul ‘Pemakaian Bahasa Komunitas Pedagang di Pasar Klewer Kota Sala: Sebuah Peran Kajian Sosiolingustik Menjaga Tradisi’ Penelitian ini betujuan untuk mengetahui wujud dari pemakai bahasa dan pola interaksi verbalnya. Data yang digunakan adalah percakapan sehari-hari saat berada di pasar. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana interaksi antara orang yang beretnis Jawa dengan orang yang berinteraksi selain Jawa dan bagaimana bahasa yang mereka gunakan saat melakukan trasaksi jual beli. Dari penelitian ini, diketahui bahwa bahasa yang mereka gunakan saat berkomunikasi adalah bahasa campuran atara bahasa Indonesia dan bahasa Jawa atau bisa dikatakan bahwa mereka menggunakan bahasa non formal. Seperti yang tedapat dalam dialog antara pedadang dan membeli yang melakukan trasaksi jual beli. Dengan adanya interaksi antar penutur non Jawa dan Jawa akan terdapat interaksi verbal yang melibatkan anggota kelompok kios berlatar belakang etnik Jawa dengan orang-orang di sekitar terwujud bahasa jawa , bahasa Indonesia, dan bahasa campuran dari bahasa Jawa dan bahasa Indonesia dan bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan dalam interaksi verbal yang melibatkan pemilik dan penjaga kios yang berlatar belakang etnik non-Jawa dengan berbagai pihak yang memiliki hubungan sosial dengan anggota komunitas ini. Faktor penentu pemakaian bahasa komunitas pedagang etnik Jawa dalam berinteraksi dengan mitra-tutur etnik Jawa dan non-Jawa terdiri dari faktor bahasa dan faktor di luar bahasa.
            Penelitian berikutnya yang menjadi tinjauan pustaka adalah penelitian  yang dilakukan Suyaningtyas (2010) dengan Judul ‘Akulturasi Antara Etnis China Dan Jawa: Konvergeni Atau Divergensi Ujaran Penutur  Bahasa Jawa’. Dalam akulturasi budaya antara masyarakat Cina dan Jawa yang ada di daerah Pecinan Semarang, masyarakat Jawa dihadapkan pada permasalahan; apakah masyarakat Jawa akan menggeser style and feature ujaran mereka ke dalam style and feature ujaran etnis Cina atau mereka akan tetap memakai style and featureJawa sebagai simbol solidaritas dan kebanggaan mereka?. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi konvergensi atau divergensi dalam proses komunikasi antara etnis Jawa dan Cina.
Konvergensi muncul dapat berwujud dalam bentuk dialek, aksen, pengucapan, dan pemilihan kosa kata yang dipakai oleh mitra tutur. Sebaliknya divergensi muncul karena pemakai bahasa menggunakan gaya bahasanya secara konsisten karena faktor kebanggaan akan atribut kelompok sosialnya. Melalui teknik pengambilan data in-depth interview bahwa subjek yang ‘berasal cenderung untuk mengikuti style and feature ujaran etnis cina, hal ini dikarenakan masyarakat Jawa di daerah pecinan Semarang kebanyakan berasal dari kelompok sosial menengah kebawah dan sebagian besar mereka bekerja di orang etnis cina. Sehingga untuk dapat memperlancar hubungan komunikasi maupun solidaritas antara majikan dan bawahan orang Jawa lebih sering menggunakan style and feature dari etnis Cina.
Masyarakat Jawa yang ada di daerah pecinan secara umum memiliki status sosial yang rendah, sehingga  untuk meningkatkan status sosialnya masyarakat tersebut cenderung bertututur seperti penutur Cina. Selain itu kebanggaan atau solidaritas etnis Jawa terhadap style and feature nya menjadi luntur karena pengaruh lingkungan dan status sosialnya. Di lingkungan Pecinan etnis Cina lebih memiliki kelas sosial yang tinggi dan masyarakat Jawa beraa di bawah kelas sosialnya. Sehingga menyebabkan etnis Jawa lebih mengikuti style and feature etnis Cina. Dapat disimpulkan di daerah Pecinan etnis Jawa mengalami konvergensi bahasa terhadap style and feature yang ada di etnis Cina.
Penelitian berikutnya terkait dengan bahas persuasi pedagang. Penelitian ini dilakukan oleh Alfiah (2014) dengan judul “Tuturan Persuasif Pedagang dalam Interaksi Jual Beli di Pasar Tanjung Jember”. Di kota Jember terdapat pasar tradisional yang bernama Pasar Tanjung yang berlokasi tepat di tengah kota. Hal ini menyebabkan adanya keragaman bahasa yang digunakan pedagang dalam menawarkan dagangannya. Penggunaan bahasa dalam kegiatan jual beli haruslah menggunakan komunikasi yang baik, salah satu bentuk komunikasi pedagang terdapat sebuah tuturan persuasi. Tuturan persuasi dalam kegiatan jual beli di Pasar Tanjung ini dapat diketahui dari struktur kalimatnya yang meliputi, deklaratif, imperatif, dan interogatif. Selain itu modus tuturan persuasif dapat diketahui penyampaian kalimatnya yakni tuturan persuasif dalam modus deklaratif, modus imperatif, dan modus interogatif.
2.2 Landasan Teori
Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan beberapa teori sebagai pedoman atau alat pembedah dari data yang telah diperoleh peneliti. Ladasan teori penelitian ini meliputi etninisitas, bahasa persuasi yang nantinya sebagai pedoman utama untuk mengetahui basa persuasi dengan teknik apa yang sering digunakan pedagang, dan campur kode.
2.2.1 Etnisitas
Kata etnis sendri berasal dari bahasa Yunani yaitu “ethnos”  yang berarti bangsa. Penggunaan istilah etnis mengacu pada suatu kerangka dasar dimana yang menjadi landasan bagi perwujudan adaya etnik adalah pada adanya pengorganisasian sosial yang didapatkan olehpara pelakunya secara skretif untuk keperluan interaksi sosial. Sumarsono (2013:67) menyatakan etnis mengacu kepada kelompok yang keanggotaannya berdasarkan asal-usul keturunan, kelompok demikian ditandai dengan ciri-ciri relatif tetap seperti warna kulit, rambut, hidung, dan sebagainya. Sejalan dengan pendapat Sumarsono, Cahyono (1995:425) menyatakan sebuah kelompok dikatakan sebagai kelompok etnik yang memiliki identitas tersendiri apabila kelompok itu memiliki perbedaan mencolok bila dibandingkan dengan kelompok-kelompok yang lain.
Ada dua konsep yang banyak digunakan dalam pembahasan tetang kelompok etnis yaitu etnis mayoritas dan etnis minoritas. Etnis mayoritas merujuk pada kelompok-kelompok etnis yang memegang kekuasaan sosial dan politik di sebuah negara, jadi etnis mayoritas tidak merujuk pada kuantitas atau jumlah individunya. Istilah etnis minoritas merujuk pada kelompo etnis yang kekuasaan sosial dan politiknya kecil atau tidak ada sama sekali. Etnis mayoritas adalah kelompok yang berperan dominan dalam mempengaruhi infrastruktur dalam sebuah sistem. Seringkali etnis mayoritas disebuah negara mencakup sebagian besar dari populasi di negara ini dan etnis minoritas adalah kelompok yang lebih sedikit jumlahnya. Namun perlu diperhatikan bahwa jumlah kelompok yang kecil juga dapat menguasai suatu sistem, misalnya etnis cina yang ada di Indonesia. Menurut Tan (1981:1) dalam bukunya yang berjudul “Golongan Etnis Tionghoa di Indonesia” etnis cina memiliki presentasi 2,6% dari seluruh penduduk Indonesia, namun mereka merupakan etnis yang sangat berperan penting dalam perdagangan di Indonesia baik perdangan luar dan dalam negeri serta, perdangan besar dan perdagangan perantara. Tan (1981:31)  jumlah orang Tionghoa yang berkecimpung dalam perdagangan di Jawa dan Madura, mutlak maupun nisbi merupakan yang terbesar di Indonesia dengan angka 54,7%.
Appel dan Muyskem (Cahyono 1955:426) memberikan definisi etnik menurut dua pendekatan, yaitu pendekatan objektif dan pendekatan subjektif. Menurut pendekatan objektif, status etnik suatu kelompok ditentukan oleh pola kebudayaan kelompok tersebut yang meliputi bahasa, cerita rakyat, jenis makanan, jenis pakaiaan, dan sebagainya. Menurut pendekatan subjektif, kelompok etnik dianggap mencerminkan perasaan kebersamaan kelompok, sedangkan anggotanya mungkin memeiliki perbedaan dalam berpakaian, beragama, atau berbahasa.

2.2.2 Bahasa Persuasi
Menurut etimologi kata persuasi berasal dari bahasa Ingris yaitu “persuasion”. Yang berinduk pada kata kerja “to persuade” yang berarti membujuk, merayu, menghimbau.  Kata persuasi jika ditelusuri berasal dari bahasa latin “per sua dere” yang berarti menggerakan seseorang melakukan sesuatu dengan sengan hati tanpa paksaan. Menurut Sunarjo (1983:30) komunikasi persuasi selalu ditujukan kepada suatu usaha untuk mendorong agar komunikan merubah perilaku, keyakinan, dan sikapnya.
Persuasi  merupakan salah satu metode komunikasi sosial dan dalam penerapannya menggunakan ternik atau cara tertentu sehingga dapat menyebabkan orang bersedia melakuakan sesuatu dengan senang hati, dengan suka rela, dan tanpa merasa dipaksa oleh siapapun (Sastropoetro, 1986:203). Efek utama dari komunikasi persuasi adalah menstimulasi individu untuk berfikir mengenai dua hal yaitu pendapat dirinya sendri dan pendapat baru yag direkomendasikan oleh mitratuturnya. Bahasa persuasi adalah senjata yang paling ampuh yang sering digunakan oleh para pedang untuk memikat pembelinya, selain itu bahasa persuasi biasanya digunakan pada iklan dan pemberian tanggapan tentag isu.
Dalam berkomunikasi persuasi terdapat beberapa tehnik yaitu, tehnik cognitive dissonance, tehnik pay off idea dan fear arousing, empathy, packing, red herring, dan tehnik asosiasi(Sunarjo, 1983:36-39) keenam tehnik tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
a.       cognitive dissonance, tehnik ini mengambil teori yang dikemukakan oleh Leon Festinger dimana digunakan gejala-gejala hidup dari manusia, selanjutnya dia mau mengemukakan bahwa prilaku manusia sering tidak sesuai dengan pendapat dan sikapnya atu apa yang dilakukannya sering bertentangan atau hati nuraninya hal ini membuat orang tersebuat aka mudah menerima komunikasi persuasif.
b.      tehnik pay off idea dan fear arousing, tpay off idea adalah usaha persuasi terhadap seseorang dengan memberi reword (hadiah atau harapan yang lebih baik). Misalanya panca usaha pertanian akan menambah penghasila petani, sehingga peani akan hidup makmur dan sejahtera. fear arousing adalah kebalikan dari tehnik pay off idea yaitu sebuah tehnik yang memberi rasa ketakutan tersendiri misalnya, jika tidak melakukan panca usaha tani panen akan berkurang dan petani akan kekurangan serta sengsara.
c.       Empathy, isilah empathy adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan diri pada situasiorang lain. Pada komunikasipersuasi empathy merupakan suatu tehnik yang sanagt penting dimanakomunikator harus lebih dahulu mengenal komunikan.Persuasi empathy ini harus dicoba terlebih dahulu terhadap komunikator sendiri.
d.      Packing, komunikasi persuasi packing berarti sesuatu komunikasi dalam menyajikannya dibuat sedemikian rupa sehingga sangat menarik, menawan hati sehingga komunikan akan lebih tertarik. Dalam perdagangan suatu barang yang telah dibungkus dengan persuasif yang baik akan lebih diminati oleh pembeli.
e.       red herring,
Dalam komunikasi red herring digunakan sebagai teknik mengelakkan argumentasi dari bagian yang lemah  kemudian dialihkan sedikit demi sedikit pada bagian-bagian yang dikuasai oleh komunikator dapat pula sebagai upaya untuk mengalihkan message komunikasi kepada suatu topik yang dihendakii oleh komunikator. Teknik ini biasanya digunakan untuk diskusi dalam suatu perdebatan atau polemik.
f.       Asosiasi
Teknik ini menyangkutkan kepada sesuatu peristiwa yang sedang tenar, populer, hal yang ramai dibicarakan secara positif oleh banyak orang. Misalnya ada suatu fenomena Gunung Galunggung yang meletus dipergunakan oleh publik relation officer dari suatu persoalan farmasi untuk memperkenalkan obat yang baru diproduksi dengan cara menyumbangkan obat tersebut kepada korban gunung meletus.
2.2.3 Campur Kode
Suatu penggunaan bahasa dilingkungan masyarakat dapat dilakukan dengan melakukan pencampuran bahasa satu dengan bahasa yang lain dalam waktu yang bersamaan hal ini dapat dikatakan dengan istilah campur kode. Campur kode terjadi karena terdapat keberagaman bahasa yang digunakan oleh masyarakat tertentu dalam berkomunikasi. Campur kode sering dilakukan oleh masyarakat yang bilingual. Campur kode adalah peristiwa percakapan dengan menggunakan dua bahasa secara bersamaan untuk menunjukkan bahwa mereka beralih dari bahasa satu ke bahasa yang lain selama satu ujaran (Abudllah, 2012:163). Menurut Kacru (Rokman, 2013:38) campur kode merupakan pemakaian dua bahasa atau lebih dengan  saling memasukkan unsur-unsur bahaa yang satu ke dalam bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain secara konsisten.Menurut Bloomfield (Abdullah, 2012:163) menyatakan bahwa seseorang dapat dikatakan kedwibahasaan bila dia sudah mampu menggunakan kedua bahasa yang dikuasainya dalam setiap saat ataupun keadaan dengan kelancaran dan kecepatan yang sama seperti pebutur asli dari bahasa masing-masing. Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa kedwibahasaan merupakan sebuah ciri khas pengguna bahasa dan bukan fenomena bahasa. Peristiwa campur kode sering dilakukan oleh bilingual terutama sebagai rasa solidaritas, hal tersebut sering terjadi ketika melakukan komunikasi kepada penutur yang sedang belajar bahasa.Kedwibahasaan merupakan ciri pesan seseorang yang terlahir dalam penggunaan dua bahasa atau lebih dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Thelander (Rokman, 2013:38) menyatakan bahwa unsur-unsur bahasa yang terlibat dalam peristiwa campur kode hanya terbatas pada tingkat klausa. Apabila dalam suatu percakapan terdapat percampuran atau variasi yang berbeda dalam satu klausa maka dapat dikatakan bahwa peristiwa tersebut merupakan peristiwa campur kode. Menurut Suwito (Rokman, 2013:38) membagi penyebab terjadinya campur kode ke  dalam dua bagian dilihat dari sifatnya, yaitu campur kode bersifat ke luar dan campur kode bersifat ke dalam. Campur kode yang bersifat ke luar seperti identifikasi peran, identifikasi ragam, dan keinginan untuk menjelaskan dan menafsirkan. Tiga sifat tersebut saling bergantung dan tidak jarang bertumpah tindih. Campur kode sering terlihat bila seorang penutur menyisipkan sebuah unsur-unsur bahasa daerahnya ke dalam bahasa nasional. Selain itu campur kode terjadi karena adanya hubungan timbal balik antara peran (penutur), bentuk bahasa dan fungsi bahasa. Artinya jika, seorang penutur mempunyai latar belakang sosial tertentu akan cenderung untuk memilih campur kode tertentu untuk mendukung fungsi-fungsi tertentu. Pemilihan campur kode tersebut bermaksud untuk menunjukan status sosial dan idintitas sosial penutur. Dari hal tersebut dapat dikatakan bahawa campur kode merupakan pemekaiaan dua bahasa atau keddwibahasaan yang dilakukan oleh penuturnya dalam melakaukan percakapan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar