Selasa, 19 Agustus 2014

antropolinguistik analisis teks sabda tama catur wedha



MENGARUNGI BAHTERA RUMAH TANGGA BERLANDASKAN WEJANGAN LUHUR ‘SABDA TAMA CATUR WEHDA’
(Analisis Verba- Non Verba Pembacaan Sabda Tama Catur Wedha dalam Acara Midodareni Adat Jawa di Daerah Surabaya Utara)
Artikel Ilmiah

Memenuhi tugas individu matakuliah Antropolinguistik
yang dibina Bapak Wahyu Widodo S.S M. Hum.


Oleh :

Yulina Dwi Lestari                             (125110700111045)






PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2014

1.      Pendahuluan
Pernikahan adat jawa merupakan suatu rangkaian acara dalam pernikahan sebelum seorang mempelai laki-laki dan mempelai perempuan sah menjadi suami istri, rangkaian acara pernikahan adat jawa sangat bermacam-macam. Serangkaia acara pernikahan adat jawa tersebut seperti upacara pasang tarub atau pemasangan bleketepe, upacara siraman,  upacara midadaren, temu kemanten, tebusan kembar mayang, upacara bubak kawah, akad nikah, dan resepsi. Begitu rumitya acara-acara akad  nikah dalam adat jawa ini namun banyak nilai-nilai budaya yang bisa dikaji melalui ungkapan-ungkapan verba maupun non verbal dalam serangkaian acara tersebut.
Penelitian Ini akan lebih tertuju pada Acara Midodaren .Urut-urutan dari acara malam midodareni sendiri adalah  pertama dimulai dengan acara Jonggolan / Nyantri. Kedua adalah  acar tantingan. Keempat pembacaan Sabda Tama Catur Wedha. Setelah acara Pembacaan Catur Wedha selesai maka kemudian  acara midodareni pun ditutup dengan acara Wilujengan Majemukan yaitu acara bertemunya kedua orang tua calon pengantin yang bermakna kerelaan keduanya untuk saling berbesanan. Penelitian menggunakan malam midodaren karena dianggap acar midodaren adalah serangkaian acara adat pernikahan jawa yang sudah jarang dilaksanakan dari pada siraman, temu kemanten dan pemasangan bleketepe. Selain itu menurut Bapak Drs. Sidik Wiyoko M.M salah satu informan mengatakan bahwa acar midodaren sangat langka di era global ini, karena dinilai terlalu membuang biaya da memakan waktu, namun dibalik semua itu pastilah ada nilai teretntu dalan setiap rangkaian acara begitu pula dengan malam midodaren.
Dalam malam widodaren terdapat beberapa tahap acara, sehingga bila kita mengkaji secara keseluruha pastilah tidak akan menukik isi analisisnya maupun makana yang kita temuka dari hasil analisis tersebut maka dari itu peneliti  mengkaji salah satu rangkaian acara Midodaren yaitu pembacaan Sabda Tama Catur Wedha. Pembacaan Sabda Tama Catur Wedha ini sangat menarik dikaji baik dari sefi makan maupun penggunaan bahasa. Banyak varian bahasa yang digunakan dalam teks sabda tama catur wedha di setiap daerah, namun inti dan makna dalam catur wedha tersebut pastilah tetap sama. Inti makan inilah yang akan kita cari dengan menganalisis baik dari segi bahasa atau verba yang digunakan dan juga tindakan non verba saat malam widodaren tersebut.
Inti atau isi utama dalam sabda tama catur wedha ini dapat dikatakan sebagai bekal untuk memepelai laki-laki yang dismpaikan oleh calon mertuanya untuk nantinya dia mengarungi bahtera rumah tangganya dengan baik dan benar. Maka dari itu peneliti memberi judul penelitian ini ‘Mengarungi Bahtera Rumah Tangga Berlandaskan Wejangan Luhur Sabda Tama Catur Wehda’. Pembacaan sabda tama atau yag berarti nasehat uta catur wedha ini masih jarang orang awam yang mengetahuinya, maka dari itu dari penelitian ini peneliti dapat menggugah kembali ketertarika masyarkat jawa atas tradisi malam widodaren khusunya pembacaan sabda tama catur weda itu sendiri.
2.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang  yang telah dipapaparkan sebelumnya tentang objek kajian yaitu pembacaan Sabda Tama Catur Wedha dalam Acara Midodareni maka dapat diambil beberapa rumusan masalah sebagi berikut:
1)      Apakah makna inti  dari pembacaan Sabda Tama Catur Wedha bila dikaji berdasarkan unsur kebahasaannya?
2)      Bagaimana hubungan dan maksud dari acara midodareni dan pembacaab Sabda Tama Catur Wedha bila dikaji dari segi unsur non verbalnya atau kegiatan yang dilakukan oleh calon memepelai maupun keluarga memepelai?
3.      Deskripsi Objek Kajian
Menurut pernikahan adat jawa, Midodareni adalah sebuah prosesi menjelang acara panggih dan akad nikah. Midodareni sendiri berasal dari kata widodari yang dalam bahasa Jawa bermakna bidadari. Mitos yang berkembang di kalangan masyarakat jawa sendiri kenapa diadakannya acara prosesi Midodareni adalah karena konon pada malam itu para bidadari dari khayangan turun ke bumi dan bertandang ke rumah calon mempelai wanita guna ikut mempercantik dan menyempurnakan calon pengantin wanita.
Urut-urutan dari acara malam midodareni sendiri adalah  pertama dimulai dengan acara Jonggolan / Nyantri yaitu  sowannya calon mempelai pria ke rumah calon mempelai wanita untuk beremu dengan orang tua dari calon mempelai wanita yang kelak akan menjadi mertuanya. Jonggolan sendiri berasal dari kata njonggol yang berarti menampakan diri. Kedua adalah  acar tantingan. Keempat pembacaan Sabda Tama Catur Wedha. Setelah acara Pembacaan Catur Wedha selesai maka kemudian  acara midodareni pun ditutup dengan acara Wilujengan Majemukan yaitu acara bertemunya kedua orang tua calon pengantin yang bermakna kerelaan keduanya untuk saling berbesanan. Dan barulah kemudian menjelang kepulangan calon mempelai pria beserta keluarganya sang ibu dari calon mempelai wanita ini menyerahkan angsul-angsul atau oleh-oleh berupa makanan untuk dibawa pulang kepada keluarga calon mempelai pria.
Sabda Tama Catur Wedha bila diterjemakan berdasarkan katanya maka dapat diketahui bahwa Sabda Tama Catur Wedha adala Nasihat Utama yang berisi empat ilmu. Catur (empat) dan Wedha (ilmu) bisa diterjemahkan dengan empat ilmu atau empat pitutur. Secara khusus “Catur Wedha” adalah empat nasihat utama dari calon bapak mertua kepada calon menantu laki-lakinya pada malam midadareni (nyantrik/nyantri), disaksikan tamu yang hadir pada malam itu.  Catur Wedha dibacakan menjelang sang calon mantu kembali ke tempat podokannya, sebelum acara penyerahan kancing gelung (pakaian yang akan dikenakan waktu ijab kabul esok harinya).
Ada banyak versi Catur Wedha, tetapi muatannya tetap sama. Yang beda hanya penggunaan bahasa Jawanya. Semakain berkembangnya jaman teks Sabda Tama Catur Wedha ini biasanya diketik dan dibingkai dengan pigora. Teks catur wedha lumrahnya disampaikan dengan Bahasa Jawa, namun karena seiring zaman dimana bisanya ada salah satu mempelai yang bukan berasal dari jawa maka teks catur wedha dibacakan dengan dua versi yaitu bahasa jawa dan bahasa nasional indonesia. umumnya bahasa Jawa disampaikan oleh ayah mempelai waita, dan teks indonesia disampaikan oleh ibu memepelai wanita. Pembacaan teks catur wdha ini tidak dapat diwakilkan, karena isinya yang sangat sakral layaknya pemberian wejagan dari orang tua kepada calon anak nya ( calon menantunya)

4.      Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini adalah video rekaman prosesi malam midodareni yang dilaksanakan pada tgl 4 mei 2012, oleh keluarga Drs. Didik Suminto di kedinding tengah jaya, Surabaya Utara. Selain video rekaman prosesi malam midodareni, data pendukung juga diambil dari beberapa nara sumber yaitu Bapak Drs.Sidik Wiyono M.M dari sanggar makuto mangesti di Surabaya, beliau merupakan MC khusus adat jawa sehingga beliau paham betul seluk beluk rangkaian acara dalam pernikahan adat jawa. Selain itu sumber data pada penelitian ini juga diambil dari buku ‘Pedoman Penyelengaraan Upacara Pernikahan Adat Jawa Lengkap (Surakarta Hadiningrat)’ yang diberikan oleh Bapak Bambang Irawan SH.MH baliau merupakan Pelatih MC manten jawa di sanggar Makuto Mangesti.
Berikut ini data ‘Teks Naskah Sabda Tama Catur Wedha’ yang peneliti temukan, selain teks atau ungakapan verbal saat proses pembacaan catur wedha di malam widodaren, peneliti jua menemukan beberapa data unik berupa data non verba atau segala sikap dan perilaku yang dijalankan baik oleh calon memepelai maupun oleh keluarga memepelai saat malam widodaren tersebut.
Bismillahirohmanirrahim, Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh
Anak emas ....... kang kinansigh kanggo sangumu urip ing madyaning bebrayan perlu ingsun paringi sangu pitututr luhur kang lumrah diarani sabda tama cutur wedha lirih mengkene
1.      Rehne sliramu bakal ngemong anak-ku, sakabehing tandang-tandukmu kudu wus dhewasa, aja kaya nalikane isi jaka. Semono uga bakal sisihanmu anak ajeng............. kudu ngerteni yen wus ana kang ngemong, mula sakabehing tumindak tansah netepana wanodya kang ora lamban.

2.      Tansah bektio marang won tuwo, jalaran kang wus ngukir jiwa-ragamu uga kang dadi lantaraning tetuwuh ing bebrayan

3.      Urip ing bebrayan agung wajibe netepi anger-anggering praja miwah tresna asih mring sapadha-padha, suprih gangsar ing samubarang pambudidaya.

4.      Mituhu-a dhawuhing pangeran kang maha asih, lan budi dayanen kanthi becik aja nganti nerak paugeraning kautamen. Agama kang sira anut lakonana kanthi ajeg insyaAllah sliramu bakal bisa dadi sanggar waringining kluwarga migunani tumrap nusa bangso lan agomo.

Wassalamu’alaikum warahmatullani wabarokatuh

                                                                                                     Kota, Tanggal

                                                                                             (TANDA TANGAN)
                                                                          Nama Calon Mertua Laki-laki

untuk mempermudah peneliti dalam menganalisis maka teks naskah sabda tama tersebut akan dipotong menjadi beberapa bagian yaitu pembuka, isi dan penutup lalu akan diberi kode sebagai berikut :


 Teks Sabda Tama Catur Wedha
 Kode
Bismillahirohmanirrahim, Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh

STCW salam
Anak emas ....... kang kinansigh kanggo sangumu urip ing madyaning bebrayan perlu ingsun paringi sangu pitututr luhur kang lumrah diarani sabda tama cutur wedha lirih mengkene

STCW Pem
1.              Rehne sliramu bakal ngemong anak-ku, sakabehing tandang-tandukmu kudu wus dhewasa, aja kaya nalikane isi jaka. Semono uga bakal sisihanmu anak ajeng............. kudu ngerteni yen wus ana kang ngemong, mula sakabehing tumindak tansah netepana wanodya kang ora lamban.

STCW I1
2.              Tansah bektio marang won tuwo, jalaran kang wus ngukir jiwa-ragamu uga kang dadi lantaraning tetuwuh ing bebrayan

STCW I2
3.           Urip ing bebrayan agung wajibe netepi anger-anggering praja miwah tresna asih mring sapadha-padha, suprih gangsar ing samubarang pambudidaya.

STCW I3
4.              Mituhu-a dhawuhing pangeran kang maha asih, lan budi dayanen kanthi becik aja nganti nerak paugeraning kautamen. Agama kang sira anut lakonana kanthi ajeg insyaAllah sliramu bakal bisa dadi sanggar waringining kluwarga migunani tumrap nusa bangso lan agomo.

STCW I4
Amin, ya Rabbil allamin.
Wassalamu’alaikumwarahmatullani wabarokatuh

STCW Salam

Selain teks sabda tama yang merupakan ungkapan verbal dalam acara midodareni terdapat beberapa ungkapan non verbal yang akan dikaji makna dan maksudnya berikut ini beberapa sikapa atau ungkapan non verbal dalam acara malam midodareni

1)      Sikap Mempelai Laki-Laki
Sikap mempelai laki-laki saat pembacaan catur wedha adalah berdiri dan berhadapan dengan kedua calon mertua, dengan posisi kepala menunduk.
Selain itu mempelai laki-laki dilarang makan saat acara midodareni berlangsung, mempelai laki-laki hanya diperbolehkan minun dan minuman itu sendiri harus seijin tuan rumah (mertua) selain itu mempelai laik-laki saat minum tidak boleh tumpah ataupun dihabiskan secara langsung .

2)      Sikap Calon Mempelai Wanita
Mempelai wanita tidak ada ditengah-tengah acara, namun mempelai wanita disembunyikan pada suatu ruangan atau kamar dengan memakai baju kebaya dan dandan, memepelai wanita hendaknya duduk dan mendengarkan pembacaan catur wedha dari dalam kamar
3)      Sikap Calon Mertua
Saat membacakan sabda tama catur wedha kedua calon mertua ( ibu dan bapak calon mempelai wanita) berdiri berhadapan dengan calon menantu ( mempelai laki-laki) dengan posisi berdampingan ayah sebelah kanan dan ibu dikiri.

1 komentar:

  1. Mantab nih artikelnya. Ilmiah dan sangat bermanfaat bagi kami selaku fotografer wedding karena harus belajar dengan lengkap agar paham sebelum kami motret. thanks for share :)

    BalasHapus